Menutup 2020; Ekspektasi, Resolusi, dan Involusi

Tak biasanya kututup akhir tahun dengan sebuah tulisan. Memang dahulu tak ter biasa menulis, selain itu aku baru bisa menulis ‘cepat’ meski tak tangkas setidaknya kala inspirasi datang jariku tidak mudah terhenti meski kerap terdistraksi. Mungkin tulisan ini sebagai pengingat, kabar gembira, dan sekaligus peng-abadi-an atas perjalanan dari petualangan yang tak pernah kuduga akan kujalani. Bahkan tal sedikitpun kuharapkan.

Namun ekspektasi pecah kongsi dengan realita, dan resolusi tak satupun tercapai kecuali dalam kepenulisan dan tanggungjawab yang kian bertambah. Perkuliahan, prestasi akademik, perjalanan keluar kota dengan menghabiskan dana kegiatan kampus, PKM, beasiswa unggulan, dan gelar mapres yang sejak dahulu kudambakan. Semua mengalami involusi besar-besaran. Dapat kukatakan hari ini kurasa diriku mengalami resesi.

Tak berhenti di situ, kudapati diriku jauh berbeda dari yang dulu. Baik dari jasmani dan rohani. Orang-orang berkata, sudahlah… jadilah diri sendiri yang apa adanya tak perlu berlebih-lebihan. Namun satu yang menjadi pertanyaan, “apakah ini adalah diriku yang sebenarnya?” jika tidak lantas bagaimana? Perlukah berubah? Atau Kembali seperti yang dulu?

Semua pertanyaan yang tak perlu jawabannya kucari dalam referensi yang biasanya menjadi rujukan dari sekian banyak keresahan yang kutuliskan. Tapi sebaiknya aku bersabar dalam penantian atas apa yang kemudian akan terjadi. Begitu juga daftar involusi yang kutuliskan- semoga akan datang masa dimana revolusi-ku terjadi.

Namun dari sekian banyak ekspektasi yang tak terealisasi, kurasa banyak juga yang kudapatkan dibalik ‘kemunduran’ yang tak sepenuhnya menjadi tragedy. “there’s always positiveness in every negative things”.

Meskipun tak kudapatkan satupun piagam pengahrgaan atas kemenangan prestasi akademik, pengetahuan, wawasan, dan pengalaman tak menjadi sesuatu yang tertinggal di tahun ini. Meskipun gagal mendapat beasiswa, aku merasaqkan bagaimana sejatinya menjadi mahasiswa. Meskipun mapres tak mungkin lagi kudapati, setidaknya aku mengenal dan mengenalkan pada beberapa mahasiswa agar kemudian mampu mendapatkanb gelar yang dulu sem[pat kudambakan.

Dahulu perkembangan dan impian yang kuimpikan sungguh amat sempit dan terbatas. Namun sekarang, yang menjadi dambaanku bukan sekadar individu melainkan maju Bersama membawa perubahan Bersama kawan-kawan.

Mencari jati diri maklum adanya bagi manusia seusiaku, dan semoga semua ini menjadi bentuk pendewasaan dalam perjalananku  ke masa depan manuju keabadian.

Terimakasih Tuhan, atas nikmat iman, imun, dan teman yang kau berikan padaku sampai malam ini.

01/01/21
@kontrakan_bocor
03.17

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tips-Tips Membaca Buku ala Saung Hizba

Saung ini Akan Ditutup